MAKALAH
Anita Sugihanti
4EB14 / 20215851
Universitas Gunadarma
Fakultas Ekonomi
PTA 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Anugerah
sehingga Penulisan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan
makalah yang berjudul “MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA” ini, bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dan dampak dari pengangguran terhadap masyarakat Indonesia pada
umumnya.
Penulis menyadari banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas.
Berkat dukungan dari orang tua kepada penulis, penulis dapat
menyelesaikaan penulisan makalah ini.
Penulis berharap dengan penulisan
karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para
pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sumber daya adalah segala sesuatu yang merupakan aset perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dikategorikan atas empat tipe sumber daya, seperti Finansial, Fisik, Manusia dan Kemampuan Teknologi. Sumber daya finansial merupakan salah satu unsur penting dalam rangka membentuk perusahaan yang maju dan terus berkembang karena berhubungan dengan saham yang merupakan modal utama dalam membangun sebuah perusahaan dan mengembangkan serta melanjutkan perusahaan tersebut. Sumber daya fisik merupakan sumber daya yang menyangkut penunjang secara fisik berdirinya suatu perusahaan seperti alat-alat kelengkapannya.
Sumber daya manusia merupakan sektor sentral dan penting dalam rangka pencapaian tujuan di suatu perusahaan, karena dengan adanya kemampuan skill para pekerja dan kualitas sumber daya manusia dapat menggerakan perusahaan dengan baik dan benar. Kemampuan teknologi juga merupakan unsur penunjang penting dalam menggerakan perusahaan, karena dengan adanya kelengkapan teknologi dan kecanggihan teknologi akan memudahkan berjalannya suatu perusahaan. Dari keempat sumber tersebut aspek yang terpenting yaitu manusia, karena manusia merupakan penggerak terpenting dalam perusahaan. Maju dan tidaknya perusahaan tergantung pada pengelolaan sumber daya manusia ini dapat dilakukan dalam suatu perusahaan itu atau oleh suatu departemen tertentu.
Jadi manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi. Selanjutnya, MSDM berarti mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi perusahaan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimum. Karenanya, MSDM juga menjadi bagian dari Ilmu Manajemen (Management Science) yang mengacu kepada fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-proses perencanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin dan mengendalikan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa Definisi Sumber Daya Manusia?
2.
Apa Fungsi-fungsi Operasional Sumber
Daya Manusia?
3.
Apa Variabel-variabel yang
Mempengaruhi Organisasi?
4.
Bagaimana Sikap Kerja dalam Sumber
Daya Manusia?
5.
Bagaimana Perilaku Karyawan dalam
Sumber Daya Manusia?
6.
Bagaimana Semangat Kerja dalam
Sumber Daya Manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai definisi sumber daya
manusia, fungsi-fungsi operasional sumber daya manusia, varibel-variabel yang
mempengaruhi organisasi, sikap kerja, perilaku karyawan, semangat kerja dan
untuk membantu mahasiswa memahami bagaimana fungsi-fungsi operasional sumber
daya manusia, variabel-variabel yang mempengaruhi organisasi, sikap kerja,
perilaku karyawan dan semangat kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Manajemen
Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu
atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja)
yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat
digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan
dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap
karyawan adalah manusia- bukan mesin - dan bukan semata menjadi sumber daya
bisnis.
Berikut ini adalah pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
menurut para ahli:
1. Menurut Melayu SP. Hasibuan.
MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
2. Menurut Henry Simamora
MSDM adalah sebagai pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balasan jasa dan pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau kelompok bekerja. MSDM juga menyangkut desain dan implementasi system perencanaan, penyusunan personalia, pengembangan karyawan, pengeloaan karir, evaluasi kerja, kompensasi karyawan dan hubungan perburuhan yang mulus.
3. Menurut Achmad S. Rucky
MSDM adalah penerapan secara tepat dan efektif dalam proses akusis, pendayagunaan, pengemebangan dan pemeliharaan personil yang dimiliki sebuah organisasi secara efektif untuk mencapai tingkat pendayagunaan sumber daya manusia yang optimal oleh organisasi tersebut dalam mencapai tujuan-tujuannya.
MSDM adalah penerapan secara tepat dan efektif dalam proses akusis, pendayagunaan, pengemebangan dan pemeliharaan personil yang dimiliki sebuah organisasi secara efektif untuk mencapai tingkat pendayagunaan sumber daya manusia yang optimal oleh organisasi tersebut dalam mencapai tujuan-tujuannya.
4. Menurut Mutiara S. Panggabean
MSDM adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
MSDM adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Menurut Mutiara S.
Panggabaean
MSDM adalah kegiatan di bidang sumber daya manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja. Dari sisi pekerjaan terdiri dari analisis dan evaluasi pekerjaan. Sedangkan dari sisi pekerja meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan pengembangan, promosi, kompensasi dan pemutusan hubungan kerja.
MSDM adalah kegiatan di bidang sumber daya manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja. Dari sisi pekerjaan terdiri dari analisis dan evaluasi pekerjaan. Sedangkan dari sisi pekerja meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan pengembangan, promosi, kompensasi dan pemutusan hubungan kerja.
Dengan definisi di atas yang dikemukakan oleh para ahli tersebut menunjukan demikian pentingnya manajemen sumber daya manusia di dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Jadi, Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenagakerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam usaha pencapaian tujuan perusahan permasalahan yang dihadapi manajemen bukan hanya terdqapat pada bahan mentar, alat-alat kerja, mesin-mesin produksi, uang dan lingkungan kerja saja, namun juga menyakup karyawan (SDM) yang mengelola faktor-faktor produksi lainnya tersebut. Namun, perlu diingat bahwa sumber daya manusia sendiri sebagai faktor produksi, seperti halnya faktor produksi lainnya, merupakan masukan (input) yang diolah oleh perusahaan dan mengasilkan keluaran (output).
2.2 Fungsi-Fungsi
Operasional SDM
1. Perencanaan Tenaga Kerja
Perencanaan tenaga kerja merupakan ‘operasi dari manajemen sumber
daya manusis. Dengan perencanaan tenaga kerja, ada upaya untuk merencanakan
jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang
dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
Fungsi ini mulai dari analisis pekerjaan, rekrutmen, penempatan
sampai pada orientasi pekerjaan. Kegiatan rekrutmen atau penarikan sumber daya
manusia bertujuan agar organisasi dapat memperoleh sumber daya manusia sesuai
keahlian yang dibutuhkan. Dengan adanya seleksi yang dilakukan untuk dapat
mengetahui pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Apabila
sudah memenuhi syarat, tenaga kerja tersebut dapat ditempatkan sesuai dengan
keahliannya masing-masing.
2. Pengembangan Tenaga Kerja
Suatu kondisi yang mennjukan adanya peningkatan kualitas tenaga
kerja sehingga dapat mengurangi ketergantungan organisasi untuk menarik
karyawan baru.
Tujuan pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk mengubah
sumber daya yang potensial menjadi produktif, serta mampu dan terampil sehingga
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi.
Pengembangan tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengadakan
pendidikan dan latihan yang rutin, promosi dan mutasi. pendidikan dan latihan
dilakukan agar tenaga kerja dapat selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. promosi dapat digunakan untuk pengembangan tenaga
kerja karena promosi merupakan perpindahan karyawan ke jenjang yang lebih
tinggi. Sementara mutasi adalah perpindahan karyawan dari satu unit ke unit
yang lain tanpa mengubah jenjang yang ada. Adanya mutasi ini diharapkan
karyawan mempunyai multiskill.
3. Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja merupakan salah satu aspek yang penting
dalam pengelolaaan sumber daya manusia. Dengan adanya penilaian prestasi kerja,
dapat diketahui karyawan yang mempunyai prestasi kerja yang baik ataupun yang
kurang, Hal ini akan berdampak pada pemberian kompensasi.
4. Pemberian Kompensasi
Fungsi pemeberian kompesnsasi meliputi kegiatan pemeberian balas
jasa kepada para karyawan. Kompensasi ini dapat finansial maupun nonfinansial.
Kegiatan disini meliputi penentuan sistem kompensasi yang mampu mendorong
prestasi karyawan, dan menetukan besarnya kompensasi yang akan diterima oleh
masing-masing pekerja secara adil.
5. Pemeliharaan Tenaga Kerja
Dalam pemeliharaan tenaga kerja, ada beberapa yang perlu dikaji,
antara lain kepuasan kerja karyawan, pengelolaan konflik, motivasi karyawan,
dan komunikasi yang terjadi di dalam organisasi.
Aspek Ekonomis dan Nonekonomis diharapkan dapat memberikan
ketenangan kerja dan konsentrasi penuk bagi pekerja untuk menghasilkan prestasi
yang diharapkan oleh organisasi.
Aspek Ekonomis berhubungan dengan pemberian kompesnsasi berupa gaji
dan bonus yang sebanding dengan hasil kerjanya. Aspek Nonekonomis berupa adanya
jaminan kesehatan, kesejahteraan, keamanan serta kenyamanan dalam bekerja.
Adanya pemeliharaan tenaga kerja yang memadai dapat memperkecil terjadinya
konflik antara pekerja dan pemberi kerja.
6. Pemberhentian
Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir MSDM. Fungsi
pemberhentian harus mendapat perhatian yang serius bagi manajer SDM karena
telah diatur oleh undang-undang dan mengikat bagi perusahaan dan karyawan.
putusnya hubungan kerja seseorang dari organisasi (perusahaan) yang disebabkan
oleh keinginan karyawan, keinginan organisasi, pensiun atau sebab-sebab lain
yang diatur oleh undang-undang.
2.3 Variabel-Variabel yang
Mempengaruhi Organisasi
1. Karakteristik Individu
Karakter individu terdiri atas jenis kelamin, tingkat pendidikan,
umur, masa kerja, status perkawinan,, jumlah tanggungan, dan posisi, peneliti
peneliti dalam bidang manajemen SDM dan perilaku organisasi banyak
melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik individu dengan
sikap dan perilaku karyawan (panggabean,2001;2002)
2. Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi meliputi kompleksitas , formalisasi ,dan
sentralisasi kompleksitas mencerminkan jumlah unit yang ada dalam organisasi
formalisasi merujuk kepada banyaknya pelaksanaan tugas yang bersandarkan kepada
peraturan , sedangkan sentralisasi di definisikan
sebagai siapa yang dapat mengambil keputusan (pemimpin atau
pelaksana) sentralisasi ada jika keputusan di tangan pemimpin, sebaliknya akan
di katakana ada desentralisasi jika jawaban tentang apa, bagaimana, kapan, dan
dengan siapa pekerjaan akan dilaksanakan diputuskan oleh pelaksana semakin
banyak pertanyaan itu dapat di jawab sendiri oleh pelaksana maka semakin dapat
dikatakan ada desentralisasi, bagaiman pengaruh karakteristik organisasi
terhadap sikap dan perilaku karyawan banyak di lakukan oleh para peneliti di
bidang teori organisasi dan perilaku organisasi (Melcher 1976).
3. Karakteristik Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan terdiri atas keanekaragaman tugas,
identitas tugas, keberartian tugas,otonomi dan umpan balik berbagai
penelitian dalam bidang manajemen SDM dan perilaku organisasi banyak
meneliti hubungan antara karakteristik tugas dan perilaku. Berikut dibahas
pengertian dari masing masing konsep :
·
Keanekaragaman Tugas: Merujuk kepada
adanya kemungkinan bagi karyawan untuk melaksanakan kegiatan , prosedur, dan
bahkan peralatan yang berbeda pekerjaan yang beraneka ragam biasanya di pandang
sebagai pekerjaan yang menantang karena mereka menggunakan
keterampilan yang
·
Identitas Tugas: Memungkinkan
karyawan mengerjakan sebuah pekerjaan secara menyeluruh sanagt terspesialisasi
cenderung menciptakan tugas yang rutin dan mengakibatkan seseorang
hanya mengerjakan satu bagian saja dari keseluruhan pekerjaan , hal ini
menimbulkan adanya perasaan tidak melakukan apa apa oleh karena
itu dengan memperluas tugas tugas yang dapat meningkatkan perasaan
mangerjakan seluruh pekerjaan berarti meningkatkan identitas tugas.
·
Keberartian Tugas: Merujuk kepada
besarnya pengaruh dari pekerjaan yang di lakukan seseorang terhadap pekerjaan
orang lain. Sangat penting bagi seseorang untuk mempunyai perasaan melakukan
pekerjaan yang sangat berarti bagi perusahaan maupun masyarakat untuk itu
adalah penting apabila pemimpin memberitahukan di depan orang lain bahwa
pekerjaannya sangat berarti bagi perusahaan.
·
Otonomi: Merujuk kepada adanya ide
bahwa karyawan dapat mengendalikan sendiri tugas tugasnya hal ini
penting untuk menimbulkan rasa tanggung jawab .cara yang umum di pakai adalah
melalui manajemen berdasarkan sasaran.karena dengan cara ini karyawan memiliki
kesempatan untuk menentukan sendiri tujuan pribadi dan tujaun kerjanya.
·
Umpan balik: Merujuk kepada
informasi yang diterima oleh pekerja tentang seberapa baiknya ia melaksanakan
tugasnya . penelitian tentang hubungan karakteristik pekerjaan dengan sikap dan
perilaku organisasi banyak dilakukan oleh peneliti di bidang MSDM dan perilaku
organisasi
2.4 Sikap Kerja
Didalam kamus bahasa Indonesia menjelaskan sikap adalah perbuatan
dan sebagainya yang berdasarkan pendirian (Wjs. Poerwadarminta,2002:944).
Sedangkan kerja adalah melakukan sesuatu (Wjs. Poerwadarminta, 2002:492).
Menurut pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja karyawan adalah cara kerja
karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan ataupun
perusahaan. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap
pekerjaan yang dilakukan.
Loyal adalah patuh, setia (Wjs. Poerwadarminta, 2002:609). Dari
pengertian diatas, kesimpulannya adalah suatu kecenderungan karyawan untuk
pindah ke perusahaan lain. Apabila karyawan bekerja pada suatu perusahaan, dan
perusahaan tersebut telah memberikan fasilitas – fasilitas yang memadai dan
diterima oleh karyawannya, maka kesetiaan karyawan terhadap perusahaan akan
semakin besar, maka timbul dorongan yang menyebabkan karyawan melakukan
pekerjaan menjadi lebih giat lagi.
Fasilitas – fasilitas yang diterima oleh karyawan sehingga karyawan
mau bekerja sebaik mungkin dan tetap loyal pada perusahaan, hendaknya
perusahaan memberikan imbalan yang sesuai kepada karyawannya. Semua itu
tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin
dicapai.
Untuk itu perusahaan mengemukakan beberapa cara:
a.
Gaji yang cukup
b.
Memberikan kebutuhan rohani.
c.
Sesekali perlu menciptakan suasana
santai.
d.
Menempatkan karyawan pada posisi
yang tepat.
e.
Memberikan kesempatan pada karyawan
untuk maju.
f.
Memperhatikan rasa aman untuk
menghadapi masa depan.
g.
Mengusahakan karyawan untuk
mempunyai loyalitas.
h.
Sesekali mengajak karyawan
berunding.
i.
Memberikan fasilitas yang
menyenangkan. (Nitisemito, 1991:167).
Sebab – sebab turunnya loyalitas dan sikap kerja itu dikarenakan
banyak sebab misalnya, upah yang mereka terima tidak sesuai dengan
pekerjaannya, tidak cocoknya dengan gaya perilaku pemimpin, lingkungan kerja
yang buruk dan sebagainya. Untuk memecahkan persoalan tersebut, maka perusahaan
harus dapat menemukan penyebab dari turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan
itu disebabkan pada prinsipnya turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu
disebabkan oleh ketidakpuasan para karyawan. Adapun sumber ketidakpuasan bisa
bersifat material dan non material yang bersifat material antara lain:
rendahnya upah yang diterima, fasilitas minimum. Sedangkan yang non material
antara lain : penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang
berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
Indikasi – indikasi turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan
antara lain :
1. Turun/ rendahnya
produktivitas kerja
Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan
dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi
karena kemalasan atau penundaan kerja.
2. Tingkat absensi yang naik
Pada umumnya bila loyalitas dan sikap kerja karyawan turun, maka
karyawan akan malas untuk datang bekerja setiap hari. Bila ada gejala – gejala
absensi naik maka perlu segera dilakukan penelitian.
3. Tingkat perpindahan buruh
yang tinggi
Keluar masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah
karena tidak senangnya para karyawan bekerja pada perusahaan. Untuk itu mereka
berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap sesuai. Tingkat perpindahan buruh
yang tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat
mempengaruhi kelangsungan jalannya perusahaan.
4. Kegelisahan dimana – mana.
Loyalitas dan sikap kerja karyawan yang menurun dapat menimbulkan
kegelisahan sebagai seorang pemimpin harus mengetahui bahwa adanya kegelisahan
itu dapat terwujud dalam bentuk ketidak terangan dalam bekerja, keluh kesah
serta hal – hal yang lain.
5. Tuntutan yang sering terjadi.
Tuntutan yang sebetulnya merupakan perwujudan dan ketidakpuasan,
dimana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan
tuntutan.Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya loyalitas dan sikap
kerja karyawan adalah pemogokan. Biasanya suatu perusahaan yang karyawannya
sudah tidak merasa tahan lagi hingga memuncak, maka hal itu akan menimbulkan
suatu tuntutan, dan bilamana tuntutan tersebut tidak berhasil, maka pada
umumnya para karyawan melakukan pemogokan kerja. (S. Alex Nitisemito,1991:163 –
166).
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan
aksentuasi loyalitas yang berbeda pula seperti uang diuraikan berikut ini :
1. Angkatan kerja yang usianya
di atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas yang tinggi pada organisasi.
Mungkin alasan – alasan yang menonjol ialah bahwa mereka sudah mapan dalam
kekaryaannya, penghasilan yang memadai, memungkinkan mereka menikmati taraf hidup
yang dipandangnya layak. Banyak teman dalam organisasi, pola karirnya jelas,
tidak ingin pindah, sudah “terlambat” memulai karier kedua, dan dalam waktu
yang tidak terlalu lama akan memasuki usia pensiun. Seperti yang terdapat dalam
perusahaan UD. DUTA RASA, dalam perusahaan ini ada beberapa karyawan tetapnya
adalah karyawan dengan umur sekitar 50an dan sudah bekerja cukup lama dalam
perusahaan sedangkan para karyawan kontraknya adalah karyawan yang masih muda.
2. Tenaga kerja yang berada pada
kategori usia empat puluhan menunjukkan loyalitas pada karir dan jenis profesi
yang selama ini ditekuninya. Misalnya, seseorang yang menekuni karir di bidang
keuangan akan cenderung “ bertahan” pada bidang tersebut meskipun tidak berarti
menekuninya hanya dalam organisasi yang sama. Karena itu pindah ke profesi
lain, tetapi bergerak di bidang yang sama, bukanlah merupakan hal yang aneh.
Barangkali alasan pokoknya terletak pada hasrat untuk benar – benar mendalami
bidang tertentu itu karena latar belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah
ditempuh, bakat, minat, dan pengalaman yang memungkinkannya menampilkan kinerja
yang memuaskan yang pada gilirannya membuka peluang untuk promosi, menambah
penghasilan, dan meniti karir secara mantap.
3. Tenaga kerja dalam kategori
30 – 40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya tertuju pada diri sendiri. Hal ini
dapat dipahami karena tenaga kerja dalam kategori ini masih terdorong kuat
untuk memantapkan keberadaannya, kalau perlu berpindah dari satu organisasi ke
organisasi lain dan bahkan mungkin juga dari satu profesi ke profesi lain. Di
samping itu pula didukung oleh tingkat kebutuhan yang semakin lama semakin
meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pemasukan yang cukup sehingga banyak
para pekerja yang mencari pekerjaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari – hari.
4. Bagi mereka yang lebih muda
dari itu, makna loyalitas belum diserapi dan kecenderungan mereka masih lebih
mengarah kepada gaya hidup santai, apabila mungkin disertai dengan kesempatan
“berhura – hura” Pada kenyataan sehari – hari banyak sekali terjadi kecurangan
– kecurangan yang dilakukan oleh para karyawan yang umumnya mempunyai umur
relatif muda hal itu juga dipicu oleh tingkat angan – angan yang tinggi, tetapi
tidak diiringi oleh tingkat kerajinan yang tinggi dari dalam dirinya sendiri,
oleh karena itu tingkat penganggguran semakin lama semakin meningkat (S. Alex
Nitisemito, 1991:170-171).
2.5. Perilaku Karyawan
Perilaku adalah tingkah laku yang terdiri atas tingkah laku yang
tidak dapat dari luar, misalnya keinginan untuk pindah (intent to leave) dan
ada yang dengan jelas dilihat dari luar, misalnya perputaran tenaga kerja dan
ketidakhadiran.
Dari teori dapat diketahui bahwa ketidakpuasan atau kepuasan yang
rendah akan meningkatkan perputaran tenaga kerja dan ketidakhadiran.
Konsep-konsep ini paling sering digunakan untuk memahami semangat kerja
karyawan (Talacchi, 1960). Berikut diuraikan cara pengukurannya :
a. Perputaran Tenaga Kerja
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perputaran tenaga kerja
sudah pernah dbahas dalam bab sebelumnya dimana datanya dapat diperoleh dari
bagian personalia, namun karena untuk memperoleh data dari masing-masing
karyawan yang dijadikan responden dalam penelitian pada umumnya sukar untuk
diperoleh, maka untuk itu digunakan konsep perilaku yang tidak langsung dapat
dilihat yaitu keinginan untuk pindah (intent to leave).
b. Keinginan untuk Pindah
Keinginan untuk pindah dapat diukur dengan mengembangkan pertanyaan
yang dikemukakan oleh Hom and Griffeth, 1991; 1995; Motowildo, 1983, yaitu
sebagai berikut:
· I have been
thingking about quitting the present job.
· I have been
evaluating the cost of quitting my job.
· I
intent to quit.
· I will quit
my job uin the next six months.
c. Ketidakhadiran
Dari uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa ketidakhadiran adalah
kegagalan untuk hadir ditempat kerja pada hari kerja. Faktor-faktor penyebab
perilaku ini banyak diteliti karena dapat mempengaruhi prestasi kerja.
d. Hubungan Ketidakhadiran
dengan Kepuasan Kerja
Penelitian tentang hubungan ketidakpuasan dengan ketidakhadiran
adalah rumit. Pandangan tradisional mengemukakan bahwa ketidakhadiran
disebabkan oleh ketidakpuasan (Porter and Steers, 1973), namun kemudian para
peneliti mengemukakan bahwa ketidakhadiran yang menyebabkan ketidakpuasan kerja
(Goodman and Atkin, 1984; Rhodes and Steers, 1990). Sehingga akhirnya ada pula
yang mengemukakan bahwa hubungannya timbal balik (Clegg, 1983) dimana ia
berpendapat bahwa dengan menggunakan beberapa pengujian yang berkelanjutan (few
longitudinal test) ditemukan bahwa ketidakhadiran lebih sering mempengaruhi
ketidakpuasan dan tidak sebaliknya.
e. Hubungan Ketidakhadiran
dengan Prestasi Kerja
Selain dengan kepuasan kerja, ketidakhadiran juga mempunyai hubungan
yang negatif dengan prestasi kerja. Bycio (1992) mengemukakan bahwa
ketidakhadiran dapat mengakibatkan rendahnya kinerja.
f. Hubungan Ketidakhadiran
dengan Gaya Kepemimpinan
John dan Nicholson (1982) mengemukakan bahwa ketidakhadiran dapat mempengaruhi
gaya kepemimpinan terhadap ketidakhadiran itu. Para pemimpin akan memberikan
sanksi pada karyawan yang jarang masuk dan akan mengurangi pemberian
penghargaan kepada mereka.
g. Pengaruh Karakteristik
Individu dan Kerumitan Pekerjaan Terhadap Hubungan Kepuasan Kerja dengan
Ketidakhadiran, Prestasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan.
Hubungan antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran pada umumnya
dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu, misalnya usia dan masa kerja
(Nicholson, 1977), kerumitan pekerjaan (House dan Mitchell, 1974), dan gaya
kepemimpinan (Clegg, 1983). Gaya kepemimpinan yang mendukung (supportive
leadership) dapat menurunkan ketidakhadiran bagi pekerjaan yang sederhana
dibandingkan dengan yang rumit.
h. Alat ukur yang Digunakan
Terlepas dari apakah sebagai penyebab atau sebagai akibat,
ketidakhadiran, sebagaimana halnya dengan keinginan untuk pindah, konsep ini
juga perlu diukur dengan sejumlah pertanyaan jika data ketidakhadiran dari
masing-masing responden sulit untuk diperoleh.
Hammer dan Landau, 1982; Harisson dan Hulin, 1989 mengukur
ketidakhadiran dengan menggunakan tiga macam data, yaitu:
· Waktu yang
hilang (jumlah jam ketidakhadiran yang tidak dicatat)
· Frekuensi
(jumlah waktu ketidakhadiran yang tidak tercatat)
· Ketidakhadiran yang tercatat (jumlah
ketidakhadiran), data yang dipakai adalah data selama 12 bulan.
2.6. Semangat Kerja
Pengertian Semangat Kerja menurut Hasley (2001) menyatakan bahwa
semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang
memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan
lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut
serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat
karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang
mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan
pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
Sedangkan Siswanto (2000, p.35), mendefinisikan semangat kerja
sebagai keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan
psikologis yang baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang
mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Nitisemito (2002, p.56), definisi dari semangat kerja
adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih
cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan.
Aspek-aspek Semangat Kerja
Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek
ini mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999, p.180),
seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk
bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut
memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk melawan
frustasi, dan untuk memiliki semangat berkelompok. Menurut Maier (1999, p.184),
ada empat aspek yang menunjukkan seseorang mempunyai semangat kerja tinggi,
yaitu :
1. Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga
memiliki motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila
seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang
lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk organisasi
bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang akan dikatakan
memiliki semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan gaji daripada bekerja.
Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi
masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang
benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan
dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena perasaan takut tetapi
lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap
bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
2. Kekuatan untuk melawan
frustasi
Aspek ini menunjukkan adanya kekuatan seseorang untuk selalu
konstruktif walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya dalam bekerja.
Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan memilih
sikap yang pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya. Adanya
semangat kerja yang tinggi ditimbulkan karena adanya kesempatan yang diberikan
oleh perusahaan untuk mendapatkan ijin ketika menderita sakit.
3. Kualitas nuntuk bertahan
Aspek ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai
semangat kerja yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam menghadapi
kesukaran-kesukaran di dalam pekerjaannya. Ini berarti adanya ketekunan dan
keyakinan penuh dalam dirinya. Gaji ataupun insentif yang tinggi yang diberikan
oleh perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja karyawan, dan berpikir
panjang jika ingin keluar dari perusahaan.
Tunjangan serta fasilitas yang diberikan oleh perusahaan mampu
merangsang semangat kerja karyawan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.
Keyakinan ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai energi dan kepercayaan
untuk memandang masa yang akan datang dengan baik, hal inilah yang meningkatkan
kualitas untuk bertahan. Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan
dalam bekerja. Sehingga tidak menganggap bahwa bekerja bukan hanya menghabiskan
waktu saja, melainkan sesuatu yang penting.
4. Semangat Kelompok
Semangat kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan
adanya semangat kerja maka karyawan akan saling bekerja sama, tolong-menolong,
dan tidak saling bersaing untuk menjatuhkan. Semangat kerja menunjukkan adanya
kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain agar orang lain dapat mencapai
tujuan bersama. Lingkungan kerja yang baik, menciptakan suasana kerja yang baik
pula, kebersamaan diantara karyawan dengan membagi pekerjaan secara adil mampu
meningkatkan semangat kerja bagi karyawan itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan,
dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sejarah
Manajemen Sumber Daya Manusia sebelum permulaan abad ke-20 manusia dipandang
sebagai barang, benda mati yang dapat diperlakukan sekehendak oleh majikan,
hingga saat ini peningkatan kualitas sumber daya masih terus dilakukan, karena
meskipun suatu negara tidak mempunyai keunggulan komparatif yang baik, namun
mempunyai keunggulan kompetitif, maka negara tersebut bisa lebih bersaing
dengan negara lain. Pendekatannya Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu dilakukan
dengan pendekatan mekanis, pendekatan paternalisme, dan, pendekatan system
social. Tahap pelaksanaannya yaitu recruitment (pengadaan), maintenance
(pemeliharaan), dan development (pengembangan). Fungsi adanya MSDM yaitu
perencanaan tenaga kerja, pengembangan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja,
pemberian kompensasi, pemeliharaan tenaga kerja, dan pemberhentian. Urgensi
adanya MSDM yaitu karena MSDM berarti mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi
perusahaan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimum, staffing dan
personalia dalam organisasi, meningkatkan kinerja, mengembangkan budaya
korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan fleksibilitas.
3.2 Saran
Manajemen Sumber Daya Manusia berkaitan dengan cara pengelolaan
sumber daya insani, dalam organisasi dan lingkungan yang mempengaruhinya, agar
mampu memberikan kontribusi secara optimal bagi pencapaian organisasi.
Untuk itu perusahaan harus mampu memberikan motivasi terhadap
karyawan agar karyawan dapat memberikan kontribusi besar bagi kemajuan
perusahaan, salah satu nya dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang
dibutuhkan karyawan seperti gaji yang cukup, memberikan kebutuhan rohani,
menciptakan suasana yang santai, menempatkan karyawan pada posisi yang sesusai
dengan kemampuannya, memberikan kesempatan karyawan untuk maju, memberikan rasa
aman dan nyaman, menumbuhkan rasa loyalitas karyawan, dan memberikan fasilitas
yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Manullang.M. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, 2005.
Siagian, Sondang P. (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan
ketiga belas, Bumi Aksara, Jakarta.
Gouzali Saydam, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia (Human
Resources Management), Jilid 2, Cetakan Pertama, Penerbit PT Gunung Agung,
Jakarta.
Farida. 2010. Diunduh dari: http:
//faridanoviana.blog.perbanas.ac.id pada oktober 2018
